Tahukah Anda? Apa yang dilakukan Anak selama 2 tahun pertama
kehidupannya, sama dengan apa yang telah dilakukan manusia prasejarah
selama 2 juta tahun.
Manusia prasejarah membutuhkan proses yang sangat panjang untuk bisa
membentuk peradaban, dari penemuan peralatan batu, bahasa untuk
berkomunikasi, dst. Anak-anak kita hanya membutuhkan waktu 2 tahun saja
untuk bisa berjalan, bicara, menggunakan alat sederhana atau
menggambari dinding rumah. Ya, anak-anak kita telah mengalami percepatan
perkembangan 1 juta kali lipat dibanding manusia purba.
Bagaimana itu bisa terjadi? Selain faktor memori genetik yang
diwariskan dari generasi ke generasi, satu sumbangan terbesar dalam
sejarah manusia adalah penemuan tulisan. Penemuan tulisan ini pula yang
memisahkan masa prasejarah dengan sejarah. Sejarah bisa mulai ditulis
karena adanya penemuan tulisan. Tanpa penemuan tulisan, tentu saja
sejarah tidak pernah bisa ditulis. Ditulis pakai apa?
Lukisan Dinding Gua sebagai Media Belajar
Tapi, dari mana tulisan itu sendiri berasal? Peninggalan tertua yang
bisa ditemuikan adalah lukisan dinding gua. Sebelumnya pasti ada, tapi
mungkin baru berupa guratan di tanah dengan tongkat yang langsung
tersaput hujan. Jadi lukisan gualah yang bertahan. Walaupun belum
menggunakan aksara, lukisan dinding gua dibuat untuk mencatat apa yang
dialami oleh manusia saat itu, dari peristiwa saat berburu, peristiwa
kelahiran dan kematian hingga tahapan prosesi upacara ritual.
Catatan berupa gambar itu tertinggal di dinding gua hingga
bertahun-tahun dari generasi ke generasi. Dengan adanya catatan berupa
lukisan itu, manusia di generasi berikutnya bisa melihat apa yang
dialami oleh generasi sebelumnya. Generasi baru bisa BELAJAR dari
pendahulunya, menemukan kelebihan yang ada dan melanjutkannya, atau
menemukan kelemahan dan memperbaikinya.
Manusia tidak perlu lagi mengalami kesalahan yang sama berulang-ulang
sehingga bisa menghindari resiko yang membahayakan jiwa atau
merugikan. Manusia juga tidak perlu melakukan segala sesuatu dari nol,
tinggal meniru dan melanjutkan apa yang sudah ditemukan sebelumnya. Ini
berarti menghemat waktu, tenaga, pikiran (bahkan biaya) secara
besar-besaran. Manusia jadi bisa melakukan lebih banyak hal dengan
waktu lebih singkat, makin banyak penemuan bisa diciptakan, dan
peradaban pun berputar makin cepat.
Ketika Anak Membuat Lukisan Gua di Rumah
Seringkali orangtua menghadapi masalah ketika anaknya mulai berinisiatif
mencorat-coret dinding rumah. Perasaan pertama yang muncul umumnya rasa
kesal, karena dinding rumah yang selalu dijaga tetap bersih, menjadi
penuh coretan. Satu hal yang dilupakan, saat anak menggambari dinding
rumah sebetulnya ia sedang mengulangi proses yang dilakukan oleh manusia
prasejarah berjuta tahun lalu. Ia sedang berusaha meninggalkan jejak
keberadaan dirinya dan mencatat apa yang dialaminya. Hanya saja, sama
seperti para arkeolog mengamati coretan awal manusia prasejarah, para
orangtua belum bisa memahami apa yang dicoretkan oleh si anak.
Inilah tahap awal anak mulai menulis, dan membaca…dengan bahasanya
sendiri. Kebanyakan orangtua tidak berusaha memahami apa yang dicoretkan
anak dan hanya menganggapnya gambar benang kusut karena coretannya
tidak membentuk suatu objek yang biasa dilihat sehari-hari. Tapi jangan
salah, coba tanyakan pada si anak, apa yang ia buat. Anak akan
menjawabnya dengan konsisten…dengan celotehannya sendiri. Jawabannya
akan selalu sama. Bisa jadi itu gambar ibunya, karena ibunya adalah yang
paling penting baginya. Ibu yang ‘kusut’, tapi paling cantik dan
berharga baginya.
Apakah Rumah harus dibiarkan kotor penuh coretan?
Kotor tidak…tapi penuh coretan, ya! Manusia dari jaman prasejarah bisa
menemukan banyak hal karena mereka ‘dibiarkan’ melakukan apa yang telah
mereka mulai terus-menerus hingga akhirnya mencapai titik penemuan.
Bayangkan bila manusia prasejarah dipaksa berhenti menggambari gua,
mungkin sampai saat ini kita masih memakai perkakas batu, karena tidak
pernah terjadi penemuan catatan dan tulisan. Penuh coretan bukan berarti
kotor. Banyak hal bisa dilakukan untuk mencegah kotor tapi tetap
memberi anak ruang untuk melukis dinding guanya.
1. Kenali posisi anak biasa mencorat-coret, biasanya tempatnya tertentu,
bisa satu atau di beberapa tempat yang ia anggap nyaman sebagai
‘gua’nya.
2. Siapkan medium tempat anak bisa leluasa mencorat-coret. Misal : sediakan papan tulis
dan kapur, tempeli kertas besar di dinding atau tempat yang biasa ia
coreti, atau sediakan alat tulis ‘washable’ yang mudah dibersihkan.
3. Simpan atau potret, dokumentasikan hasil pekerjaan mereka dan
tunjukkan setelah selang beberapa waktu. Ia akan ‘membaca’ kembali
‘tulisan’nya sendiri. Biarkan ia menceritakan gambarnya dan amati
gerak-geriknya. Lama-kelamaan, kita akan bisa ‘membaca’ juga apa yang
di’tulis’nya. Memahami bahasanya.
4. Tidak usah dihentikan, sekarang ia sedang mencatat apa yang ia alami,
selanjutnya ia akan mulai menemukan pola hubungan sebab-akibat dari apa
yang dialaminya. Jangan kaget, bila setelahnya, ia akan mulai merancang
dan mencipta hal-hal baru dalam coretannya. Sesuatu yang tidak pernah
kita lihat di alam, tapi bisa saja jadi nyata di masa depan. Bukankah
penemuan-penemuan besar di dunia berasal dari gambar kasar dulu awalnya.
Menggambari dinding gua sebagai modal awal kemampuan baca-tulis
hanyalah satu fase dalam 2 tahun pertama anak yang menakjubkan. Bila
diamati, kegiatan ini adalah kelanjutan dari kemampuan anak menggunakan
perkakas. Coba ingat lagi, apakah sebelum mulai menggambari dinding,
anak-anak suka mengambil sendok, garpu, tongkat atau gagang lainnya dan
membawanya ke mana-mana hingga sulit dilepas? Apakah setelahnya mereka
suka ‘buang air’ di pojok-pojok yang tetap…menandai posisi ‘gua’nya,
baru kemudian melukisinya. Ya, itulah pula yang terjadi pada manusia
prasejarah sebelum mulai melukisi guanya. Proses sebelum atau
sesudahnya, tidak akan jauh berbeda.
Bila ingin bisa memprediksi apa yang akan dilakukan anak setelah fase
ini, coba saja baca lagi sejarah peradaban manusia prasejarah.
Urut-urutan apa yang mereka capai di masa lalu, tak akan beda jauh
dengan apa yang akan dilakukan anak-anak berikutnya.
Author : Liea Pustaka Lebah
Description: 2 Tahun anak = 2 Juta tahun manusia purba Rating: 4.5 Reviewer: Unknown - ItemReviewed: 2 Tahun anak = 2 Juta tahun manusia purba
Thursday, 18 July 2013
2 Tahun anak = 2 Juta tahun manusia purba
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment
Harap gunakan bahasa yang sopan dan santun